BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Selasa, 25 Mei 2010

Laskar Pelangi Jadi yang Pertama

Penulis : Andrea Hirata
Penerbit : Bentang Pustaka, Yogyakarta
Tahun terbit : 2005
Halaman : xiv, 529 halaman

Siapa yang tidak mengenal novel pertama karya penulis yang berasal dari Belitong, Andrea Hirata. Novel dengan judul Laskar Pelangi ini telah menjadi novel favorit saya. Banyak hal yang membuat saya tertarik dan kagum dengan novel ini, salah satunya adalah karena kisahnya menarik, penuh dengan motivasi. Awalnya, tak sedikitpun saya menaruh minat untuk membaca sebuah novel. Saya berpikir membaca novel hanya sebuah hiburan semata, yang terkadang nilai moralnya samar dan sulit dicerna. Selain itu, kebanyakan novel memilikli tebal yang lumayan, jadi tidak akan selesai jika dibaca sehari dua hari. Saya berpikir semua itu akan menghabiskan banyak waktu hanya untuk berimajinasi sesuai dengan cerita yang tertulis di dalam novel tersebut tanpa dapat memetik pelajaran apapun. Akan tetapi, tampaknya pendapat dan cara berpikir saya yang seperti itu keliru. Terbukti ternyata novel juga memiliki nilai edukasi, dan Laskar Pelangi adalah novel pertama yang saya baca.
Awalnya, keinginan untuk membacanya itu berasal dari dorongan guru dan teman-teman. Ya, teman-teman pecinta novel saling bercerita tentang kehebatan kisah anak-anak Laskar Pelangi. Akhirnya, karena penasaran dan tidak mau jadi anak kuper saya putuskan untuk pinjam teman dan segera membacanya di rumah. Pertama kali membacanya, saya dapat menarik kesimpulan novel ini menarik. Saya lanjutkan membacanya hingga sampai pada kisah dimana sekolah Muhammadiyah Belitong tidak jadi dibubarkan. Waktu membaca bagian itu saya sampai menangis, menangis karena terharu. Dari situ saya mulai tertarik dan berniat untuk merampungkan novel karya Andrea Hirata itu. Akhirnya, banyak hal yang saya dapatkan, yaitu:
1. Novel juga memiliki banyak nilai positif, tinggal bagaimana cara kita memandang dan menerapkan nilai-nilai tersebut.
2. Betapa semangat itu sangat penting dalam kehidupan ini. Andaikan tak ada semangat, barangkali saja tidak akan ada karya apapun di dunia ini.
3. Memaknai hal kecil yang kita miliki itu jauh lebih baik, daripada hanya mengharapkan hal besar yang belum tentu terjadi.
Satu pesan yang selalu saya ingat sampai sekarang dan menjadi obat saat keegoisan saya kambuh, yaitu, “ Hiduplah dengan memberi sebanyak-banyaknya, bukan menerima sebanyak-banyaknya”