BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Sabtu, 27 Desember 2008

Hamba Tak Sempurna

Bukan, bukan mata yang terpejam atau raga yang terlelap dalam istirahat panjang. Bukan pula mimpi-mimpi indah atau suara dengkur yang teratur karena lelah, hingga lengah dan lupa akan kenyataan. Musibah itu bermula dari kalbu yang tertidur meski dalam mata yang terjaga, juga meski dalam badan yang hilir mudik dibawa berjalan-jalan. Hingga seruan Sang Nabi dan para pengemban risalah lalu bersama bayu. Tak sempat menyapa dalam sua dingin membisu. Kalbu yang layu dan lesu, hingga tak bergegas menyambut seruan kebenaran itu.
Sebab cahaya kebenaran hanya terlihat oleh mata batin yang terjaga. Yang pendar-pendarnya menghidupkan kalbu, kemudian memberinya energi untuk bergerak dan bangkit dari keterpurukan, dari lunglai yang membinasakan. Ia menjauh dari hati yang lumpuh dalam nyenyaknya fatamorgana dunia, dan jatuh bersimpuh di hadapan nafsu yang meraja. Dan kepadanya ia menghamba.
Cahaya kebenaran itu terang benderang, seumpama panas di hari siang. Ia menyuguhkan pemandangan tentang nikmat Sang Pencipta tak terperikan. Yang sebagiannya bersarang di dalam diri-diri kita sendiri. Anugerah berlimpah tak terhingga, yang karenanya tak mungkin manusia tak sanggup menghitung jumlah dan mencapai batas-batasnya. Lahir batin, dunia akhirat!
Kalbu yang mengerti bahwa karunia-Nya melampaui semua bentuk harapan. Tunai terbayarkan bahkan tanpa pernah diminta. Kalbu yang insyaf bahwa persembahan amal shalih kepada Allah, sebanyak apapun, takkan pernah sebanding dengan harga dan nilainya. Betapa banyak pemberian Allah, dan betapa sedikit amal kita. Sungguh, ia bukanlah perbandingan yang pantas!
Maka, syukur menjadi sebuah kewajiban tanpa batas waktu. Mengiringi rasa malu akan kekurangan dan kealpaan diri dalam pelaksanaan kewajiban yang penuh cacat dan noda-noda dosa. Sebab, selain ia tak akan pernah sempurna, dosa-dosa kita, mengandungi bahaya yang mengancam keselamatan abadi.
Tidak ada jalan lain selain senantiasa membersihkan hati darinya dengan mengakui kekurangan diri, seraya memuji kesempurnaan nikmat-Nya. Berjanji untuk kembali kepada Allah dengan membawa hati yang menyerah inilah yang Insya Allah, beroleh barakah. Hingga kalimat taubat diiringi istighfar meluncur mulus dari lisan kita dengan tulus. Ya Allah, ampuni kami!
Selanjutnya adalah selalu menambah amal shalih, sebab, ialah salah satu cara menghapus keburukan-keburukan dosa. Hingga tidak ada lagi hari-hari kita sunyi dari kebaikan amal, sepi dari taubat dan istighfar. Hari-hari yang sesudahnya, Insya Allah selalu lebih baik dari yang sebelumnya, agar hidup tidak kita sesali, sebab kita merugi secara hakiki.
Selalu, hanya sedikit di antara hamba-hamba yang tahu. Dan mungkinkah kita termasuk di antara mereka? Semoga!

0 komentar: