BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Kamis, 25 Desember 2008

sakit berulang kali

Sebuah pemandangan pilu yang masih berulang. Beberapa kali pembagian bingkisan maupun sejumlah uang oleh suatu panitia dalam rangka perayaan hari besar keagamaan harus diwarnai dengan kericuhan hingga banyak dari mereka yang jatuh pingsan, atau bahkan meninggal. Sadisnya lagi, kebanyakan dari mereka yang meninggal dan pingsan adalah ibu-ibu yang sudah lanjut usia. Padahal, semestinya pada waktu itu mereka sedang beristirahat dengan nyamannya di rumah mereka. Badan yang semakin kecil, kulit yang semakin mengerut, stamina yang semakin menurun seharusnya mampu menumbuhkan belas kasihan kita, bukan sekedar belas kasihan dari segi ekonomi mereka saja, tetapi juga dari segi kesehatannya.
Bila kita pikir lebih jauh, apakah tata cara pembagian bingkisan kepada warga, khususnya yang lanjut usia telah kita lakukan dengan cara yang benar dan sopan? Alangkah baik jika kita merubah tata cara yang keliru. Misalnya, dengan langsung mengantarkan bingkisan tersebut kepada mereka yang membutuhkan, bukan dengan meminta mereka untuk datang. Bagi yang masih sehat fisiknya mungkin tetap mau datang dan mengantri panjang, tetapi bagaimana dengan mereka yang sudah tidak kuat lagi fisiknya? mereka mungkin juga akan tetap datang karena mereka merasa sangat membutuhkan bantuan itu. Namun, di manakah letak kesadaran di hati akan rasa penghormatan kita untuk mereka? Tegakah kita membiarkan mereka kepanasan mengantri, berdesak-desakkan dengan yang muda, saling berjejal, terinjak, terjepit. Astaghfirullahhal 'adziem...! Semoga tak akan ada lagi kejadian pilu seperti itu. Sudah cukup peringatan dari Tuhan di kota Pasuruan lalu yang telah menjatuhkan 20 korban meninggal yang kebanyakan adalah ibu-ibu lansia.
Sangat menyakitkan bukan, jika kita bayangkan ibu yang berjejal dan terjepit itu adalah ibu kita. Ibu yang meninggal karena terinjak dan tertindih itu adalah ibu kita. Ibu yang rela mengantri di terik matahari dan sesaknya dada untuk bernafas demi mendapatkan uang yang mungkin belum tentu cukup untuk makan 3 hari itu adalah ibu kita. Bagaimanakah perasaan kita ketika melihat beliau telah terbujur kaku di tanah itu adalah ibu kita? Tentu melihat semua itu sangat menyakitkan bukan? Seperti itu pula perasaan keluarga yang ditinggal. Kehidupan mereka yang sebelumnya memang sudah susah harus tertambah susah dengan kejadian itu. Semoga kita dapat mengambil hikmah atas kejadian itu, dan agar kita dapat lebih bersyukur dengan apa yang kita miliki sekarang. Akhirnya, semoga sakit itu tidak terjadi berulang kali.

0 komentar: